Suara yang berisik dari ruangan sebelah tempat bapakku biasanya menonton TV selepas kerja hari ini sangatlah ramai, terdengar canda gurau dan bunyi dering handphone dari tamu membuat rumahku saat ini tidak direkomendasikan untuk dijadikan tempat istirahat yang tenang. Di kamarku aku hanya seorang diri dan sedang duduk termenung memikirkan berbagai macam hal. Ruangan kamar yang tertata rapi dan sebuah lukisan pohon beringin yang besar membuatku bisa befikir lebih tenang, ditemani oleh secangkir teh buatan ibu menambah unsur ketenangan hati diantara suasana yang sangat ramai malam itu.
” BUZZ!! ”
Bunyi getar handphoneku membuatku tersadar kala itu sebuah pesan singkat diterima oleh handphone yang berada di meja kamarku yang tak jauh dari tempat aku membaringkan diri, langsung saja aku ambil lalu membaca isi pesan tersebut.
” Hai (: lagi ngapain? sibuk ya? ”
Sebuah pertanyaan yang patut ditanyakan seorang kekasih kepada pasanganya ketika seharian sang kekasih sedang tidak mood untuk menyentuh benda eleltronik apapun. Ya aku memang menarik diri dari segala macam yang berbau elektronik dan media sosial.
” Hei love, maafkan aku hari ini tidak mengirimi kamu sepatah katapun. Tapi ini bukan berarti aku membencimu, aku cuman butuh waktu buat sendiri. Kuharap kau mau mengerti 😀 Love You ”
Aku membalas dengan perasaan yang sedih bercampur bingung, karena hari itu adalah hari dimana aku sedang dalam kondisi tidak sehat baik jiwa maupun raga ini. Aku merasa ada yang memeras otakku dan beban yang melilit pada badanku ditambah tempratur tubuhku yang menembus angka 39′ celcius. Kembali aku berbaring diatas kasur yang menurutku cukup nyaman untuk tubuhku yang lemah ini. Malam itu aku memejamkan mataku dalam kegelisahan batin yang menusuk, pedih, perih.
2 hari berlalu, hari ini adalah hari Jumat. Selama dua hari itu aku memutuskan untuk tidak sekolah karena aku menderita demam, dan hari ini hari yang bahagia! Karena hari ini aku bisa sekolah dan menemuinya lagi. Melihat wajahnya adalah kehidupan bagi jiwa lelakiku, layaknya oksigen dalam hidupku. Aku mengawali hari dengan berangkat sekolah pagi pagi. Pelajaran yang aku dapat hari ini sangat bisa aku pahami, seperti meminum segelas susu coklat yang sangat nikmat.
Malam dihari itu, aku melepas penat dengan menyeduh secangkir teh cina manis, semanis senyumanya padaku hari itu. Seperti biasa, aku memyapanya untuk memulai percakapan yang diharapkan tak menjadi sebuah harapan kosong yang fana. Walaupun sekarang nasib baik tak berpihak padaku. Kala itu aku mempunyai ide untuk menghabiskan akhir pekan bersama.
” My love, kamu mau nggak sepedahan bareng besok? Aku sudah buat rencana ”
Lalu dia menjawab
” Iyaa mau kemana? ”
Spontan aku membalasnya
” Udaah, pokoknya siap siap aja. Aku jemput besok ya ”
Lama, aku menunggu balasanya hingga diapun berkata
” Aku gabisa sepedahan jauh jauh, aku nggak kuat. Ke Mall yuk? ”
…………. Jawaban itu sangat membuatku kecewa, dan lebih kecewa ketika aku sadari tak lama dari tanggal aku menulis cerita ini dia memutuskan untuk bersepeda sangat jauh disamping dia melakukanya itu tidak seorang diri.
” Enggak deh, aku nggak punya uang buat ke mall. ”
” Hmm …. ”
” Yasudah, btw kamu masih sayang kan? ”
” Masih lah, kenapa? ”
” Tapi kenapa kamu nggak mau sepedahan bareng? ”
” Aku nggak kuat, takut kambuh sama sedikit males hehe ._.v ”
” okeelaah ”
Semenjak itu, aku semakin merasa sendiri. Tiada yang menemaniku menyusuri jalanan kehidupan ini. Aku bahkan dibuat buta oleh sebuah senyawa aneh yang tak terdaftar dalam tabel periodik ini. Ialah cinta, hanya sebuah kata tanpa deskripsi yang jelas, bersifat tak menentu, sebuah pemicu, menyerang semua umat manusia disegala umur dan jenis. Sebuah lambang akan kasih sayang, dan yang tak dilupakan adalah sumber dari beberapa jenis penyakit psikologis.
Beberapa waktu berlalu, tiba saatnya aku mengutarakan hal ini. Hal ini sangatlah penting, hal yang membebaniku. Ku kumpulkan semua nyali untuk mengutarakan hal ini! Ketika itu aku menemuinya, sang pujaan hatiku. Dengan sedikit gugup, badan gemetar, hawa tiba tiba terasa panas, gerah, akupun memulai dengan sedikit basa basi. Aku pikir kali ini aku membuktikan cintaku ini cinta tanpa syarat, perjanjian antar siapapun. Ini cinta, murni asalnya dari sang pujaan hati. Hatiku telah dipilih.
” Kamu tahu, ada sedikit masalah yang sedang kualami, my love. Kamu harus tahu aku serius dalam hal ini. Akan tetapi aku bingung dengan amanah orangtuaku yang tidak mengizinkan aku untuk menjalin cinta di awal. kuharap kau akan mengerti. ”
Dia terdiam tanpa suara.
Saat itu aku menjerit sekeras kerasnya dalam hati. Aku menangisi diriku sendiri. Aku melalukan sebuah kesalahan! Aku bersalah! Sebuah akhiran yang bodoh!
Namun akupun tersadar, bahawa dunia ini bukanlah mimpi semata.