Just Another Rubbish Sentences

Sudah lepas beberapa minggu sejak kejadian itu terjadi, masih teringat saja betapa mengerikan kejadian itu di benak aku.  Membayangkan kalimat yang terucap dan bahasa tubuhnya yang membuat keringat dingin bercucuran.  Aku sedih, menangis, meratapi semua ini.  Galau, gundah menjadi suatu badai yang menghiasi lukisan kehidupanku.  Waktu berjalan semakin maju dan akupun mencoba kembali pada jalur yang benar.  Susah, berat, malas, sakit hati adalah makanan untuk kembali maju.  Dengan seiring waktu pasti ada saat aku akan menyadari bahwa hidup ini jauh lebih indah daripada sebelumnya, lebih berwarna dan lebih cerah … Hmm semua itu masih saja sebuah cahaya diantara berbagai ruangan yang terpampang di depan wajahku.  Ada ruangan yang menjebak tanpa cahaya sedikitpun, ada ruangan yang nantinya berujung pada cahaya yang aku idam idamkan itu.  Harapan yang terbentuk ketika semua itu terjadi adalah satu satunya cara aku bangkit dari keterpurukan selama ini.  Apakah aku bisa atau tidak agar bisa mencapainya itu bukan hal mudah.  
 
 
Teman aku itu terbagi menjadi dua yaitu yang seperti “Apple Siri” dan yang seperti “Susu Milo”.   Mereka sama sama mengerti aku kalau aku sedang dalam tidak mood.  “Apple Siri” memang mengerti dan mendengarkan.  Tapi untuk berkomunikasi lebih jauh mereka tak bisa.  Sedangkan “Susu Milo”  mereka tak berbicara,  mereka bertindak dengan memberikan rasa manis ketika aku membutuhkan mereka.  Mereka memberikan rasa coklat dicampur susu yang aku paling suka tanpa mengucapkan sepatah katapun.  Ketika itu aku dihadapkan dengan berbagai macam pilihan, entah menurut dengan siri dengan mencarinya di google ataukah minum milo dan kembali beraktifitas.  Terimakasih berkat sahabat aku yang selalu berusaha ngingetin aku.  Aku berharap mereka semua mengerti dengan keadaanku yang masih rapuh.  Semoga.  Buat kamu,  bersiaplah dengan baik kepada calonmu kelak.  Janganlah kau perlakukan mereka seperti ini.  Cukuplah cinta pertamaku menghianatiku.  Adios –  

E mayor A mayor dan Ngupil

Rasayanya jadi orang yang suka music classic itu random dan munkin jarang di kalangan orang muda jaman sekarang yang lebih tertarik pada suatu yang dibilang “LAKI”. Ketika mendengar alunan music dari harpa, violin ato piano bisa jadi suatu kenikmatan sendiri bagi penikmatnya, termasuk saya.

Ketika mendengar music tersebut seolah olah kita terbawa dalam arus not yang bergerak sesuai keinginan sang pemain memainkanya.

Ada kalanya ketika mendengar not rendah maka hati akan berusaha meng-ungkapkan isi yang bisa dibilang kaya “permen karet”.  Maksudnya permen karet ialah ketika kenangan itu di putar ulang manis rasanya, lama kelamaan berujung pada suatu kepahitan karena fruktosa yang terkandung sudah larut dalam enzim enzim air liur dan alunan not E mayor.  Sedangkan ketika pada not tinggi rasanya yaitu seperti ada kemauan-hasrat-gairah untuk sesuatu hal.

HAHA music, remeh emang … NGGAK! siapa bilang?  kita bisa kehilangan uang dalam alunan music suana kastil yang sangat seram nan berhantu sebelum kita mendengarkan dan ketika selesai mendengarkan.  Bela belain beli tiket bioskop yang harus antri 100m dan pulang dengan berat badan lebih ringan 200gr karena dompet kesayangan diambil orang entah saat antri atau sangking takutnya nontonsampai gasadar dompet jatuh.

Hipnotis kelas berat bagi penyandang buta hingga tes psikologi militer, menggunakan music.   Sebuah cerita mengatakan jikalau kamu kamu pada lagi pengen tidur dengerin music classic,  meskipun nggak terbukti secara teorikal Thomas Alfa Edison tetapi ada benernya.

 

 

Dengan lagak telunjuk yang mengarah pada sebuah lubang, dia bercerita padaku suatu hal.  Tentang kabarnya dia dengan si doi.  Katanya baru putus pacar, duh kasihan.  Kata dia ketika ceweknya sedang asyik dengan temanya, berasa seperti troll yang dikalahin Harry dengan tongkat sihirnya yang “berlendir”.  Karena sangking asyiknya teman aku satu ini hobi menirukan gaya troll tersebut.

 

Kata dia itu pelampiasan yang sangat enak (menurutku dia sinting).  Tapi studi mengatakan (ngarang) jikalau kita merasakan kebosanan ada 50% kesempatan untuk bermain dengan “lubang” kenikmatan itu.  Karena dalam keadaan idle (*seacrh google)  kita akan merasa 200% lebih sensitiv terhadap sesuatu.  Sedangkan solusinya ketika itu adalah ialah yaitu ngupil.  Satu kata berjuta rasa.  Jatuh Cinta. Manis Pahit Asem Asin. Nano Nano.

 

Ketika alunan music harpa bersatu dengan alunan gitar spanyol dan ditemani oleh sebongkah benda yang terjahit dang mengembang ….. best time to ngupil.

demikianlah cerita E mayor A mayor dan ngupil.  Semoga membingungkan, Selamat kecewa! Salam Sehat:D